Berfikirkritis xii (kajian hadist). 3.1 menganalisis dan mengevaluasi makna q.s. Kajian hadist tentang berpikir kritis, objektif dan seimbang. Arti dari kata "pikir" dalam kamus. Menghidupkan nurani dengan berpikir kritis. Berpikir berasal dari kata dasar "pikir". Menghidupkan nurani dengan berpikir kritis. إِنَّ فِى خَلْقِ KAJIAN.Q.S. ALI IMRAN/3 : 190-191 DAN HADITS TENTANG BERPIKIR KRITIS, OBJEKTIF, DAN SEIMBANG. Kajian Q.S Ali Imran/3:190-191 Tentang Berpikir Kritis, Objektif dan Seimbang. Bacaan. Kajian Tadwid. Makna kata . Kandungan dari ayat di atas adalah. BerpikirKritis Objektif Dan Seimbang Secara Islam. Hadits Berpikir Kritis Dan Demokratis Pptx. Materi Agama Kelas Xii Bab 1 Kajian Qs Ali Imran Ayat 190 191 Dan Hadis Tentang Berfikir Kritis Objektif Dan Seimbang Pai Smk Bina Rahayu. Hadits Tentang Kematian Bisa Datang Kapan Saja Tanpa Diduga Sumber Ilmu. cash. Kandungan Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 190-191 Tentang Berpikir Kritis dan Asbabun Nuzulnya Berpikir kritis didefinisikan beragam oleh para pakar. Menurut Mertes, berpikir kritis adalah “sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan”. A. Bacaan Al-Qur'an Surat Ali Imran Ayat 190-191 dan Artinya. Salah satu mukjizat al-Qur'an adalah banyaknya ayat yang memuat informasi terkait dengan penciptaan alam dan menantang para pembacanya untuk merenungkan informasi Ilahi tersebut. Di antara ayat yang dimaksud adalah firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an Surat Ali 'Imran Ayat 190-191 berikutإِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ Inna fii khalqi ssamaawaati wal-ardhi wakhtilaafi layli wannahaari laaayaatin li-ulii l-albaab "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." QS. Ali 'Imran 190 ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ Alladziina yadzkuruuna laaha qiyaaman waqu'uudan wa'alaa junuubihim wayatafakkaruuna fii khalqi ssamaawaati wal-ardhi rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilan subhaanaka faqinaa 'adzaaba nnaar "yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." QS. Ali 'Imran 191 B. Asbabun Nuzul Al-Qur'an Surat Ali Imran Ayat 190-191. At-Tabari dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abas orang-orang Quraisy mendatangi kaum Yahudi dan bertanya,”Bukti-bukti kebenaran apakah yang dibawa Musa kepadamu?” Dijawab, “Tongkatnya dan tangannya yang putih bersinar bagi yang memandangnya”. Kemudian mereka mendatangi kaum Nasrani dan menanyakan, “Bagaimana halnya dengan Isa?” Dijawab, “Isa menyembuhkan mata yang buta sejak lahir dan penyakit sopak serta menghidupkan orang yang sudah mati.” Selanjutnya mereka mendatangi Rasulullah Saw. dan berkata, “Mintalah dari Tuhanmu agar bukit safa itu jadi emas untuk kami.” Maka Nabi berdoa, dan turunlah ayat ini Ali 'Imran/3190-191, mengajak mereka memikirkan langit dan bumi tentang kejadiannya, hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang, bulan,dan matahari serta peredarannya, laut, gunung-gunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-binatang, dan sebagainya. C. Tafsir/Penjelasan Ayat. Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah Saw minta izin untuk beribadah pada suatu malam, kemudian bangunlah dan berwudu lalu shalat. Saat salat beliau menangis karena merenungkan ayat yang dibacanya. Setelah shalat beliau duduk memuji Allah Swt dan kembali menangis lagi hingga air matanya membasahi tanah. Setelah Bilal datang untuk azan subuh dan melihat Nabi menangis ia bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa Anda menangis, padahal Allah Swt. telah mengampuni dosa-dosa Anda baik yang terdahulu maupun yang akan datang?” Nabi menjawab, “Apakah tidak boleh aku menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah Swt.?” dan bagaimana aku tidak menangis, pada malam ini Allah Swt. telah menurunkan ayat kepadaku. Kemudian beliau berkata, “alangkah ruginya dan celakanya orang-orang yang membaca ayat ini tetapi tidak merenungi kandungannya.” Memikirkan terciptanya siang dan malam serta silih bergantinya secara teratur, menghasilkan perhitungan waktu bagi kehidupan manusia. Semua itu menjadi tanda kebesaran Allah Swt. bagi orang-orang yang berakal sehat. Selanjutnya mereka akan berkesimpulan bahwa tidak ada satu pun ciptaan Tuhan yang sia-sia, karena semua ciptaan-Nya adalah inspirasi bagi orang berakal. Pada ayat 191 Allah Swt. menjelaskan ciri khas orang yang berakal, yaitu apabila memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan terinspirasi oleh tanda-tanda besaran Allah Swt. di alam ini. Ia selalu ingat Allah Swt. dalam segala keadaan, baik waktu berdiri, duduk, maupun berbaring. Setiap waktunya diisi untuk memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat dalam ciptaan-Nya yang menggambarkan kesempurnaanNya. Penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam benar-benar merupakan masalah yang sangat rumit dan kompleks, yang terus menerus menjadi lahan penelitian manusia, sejak awal lahirnya peradaban. Banyak ayat yang menantang manusia untuk meneliti alam raya ini, di antaranya adalah al-A’raf/754, yang menyebutkan bahwa penciptaan langit itu fi sittati ayyam dalam enam masa. Terkait dengan penciptaan langit dalam enam masa ini, banyak para ilmuwan yang terinspirasi untuk membuktikan dalam penelitian-penelitian mereka. Salah satunya adalah Dr. Ahmad Marconi, dalam bukunya Bagaimana Alam semesta Diciptakan, Pendekatan al-Qur’an dan sains Modern tahun 2003, sebagai berikutkata ayyam adalah bentuk jamak dari kata yaum. Kata yaum dalam arti sehari-hari dipakai untuk menunjukkan terangnya siang, ditafsirkan sebagai “masa”. Sedangkan “ayyam” bisa diartikan “beberapa hari”, bahkan dapat berarti “waktu yang lama”. Abdullah Yusuf Ali, dalam The Holy Qur’an,Translation and Commentary, 1934, menyetarakan kata ayyam dengan “age” atau “eon” Inggris. Sementara Abdu Suud menafsirkan kata ayyam dengan “peristiwa” atau “naubat”. Kemudian diterjemahkan juga menjadi “tahap”, atau periode atau masa. Sehingga kata sittati ayyam dalam ayat di atas berarti “enam masa” Secara ringkas, penjelasan “enam masa” dari Dr. Marconi adalah sebagai berikut Masa Pertama, sejak peristiwa Dentuman Besar Big Bang sampai terpisahnya Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal Superforce. Masa Kedua, masa terbentuknya inflasi jagad raya, namun belum jelas bentuknya, dan disebut sebagai Cosmic Soup Sup Kosmos. Masa Ketiga, masa terbentuknya inti-inti atom di Jagad Raya ini. Masa Keempat, elektron-elektron mulai terbentuk. Masa Kelima, terbentuknya atom-atom yang stabil, memisahnya materi dan radiasi, dan jagad raya terus mengembang. Masa Keenam, jagad raya terus mengembang, hingga terbentuknya planet-planet. Demikian juga dengan silih bergantinya siang dan malam, merupakan fenomena yang sangat kompleks. Fenomena ini melibatkan rotasi bumi, sambil mengelilingi matahari dengan sumbu bumi miring. Dalam fenomena fisika, bumi berkitar precession mengelilingi matahari. Gerakan miring tersebut memberi dampak musim yang berbeda. Selain itu, rotasi bumi distabilkan oleh bulan yang mengelilingi bumi. Subhanallah. Semua saling terkait. Kompleksnya fenomena penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang, tidak akan dapat dipahami dan diungkap rahasianya kecuali oleh para ilmuwan yang tekun, tawadhu’, dan cerdas. Mereka itulah para “ulul albab” yang dimaksud dalam ayat di atas. Jadi, berpikir kritis dalam beberapa ayat tersebut adalah memikirkan dan melakukan tadabbur semua ciptaan Allah Swt. sehingga kita sadar betapa Allah Swt. adalah Tuhan Pencipta Yang Maha Agung, Maha Pengasih lagi Penyayang, dan mengantarkan kita menjadi hamba-hamba yang bersyukur. Hamba yang bersyukur selalu beribadah ritual dan sosial dengan ikhlas. Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang isi kandungan Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 190-191 tentang berpikir kritis dan asbabun nuzulnya. Sumber Buku Pendidikan Agama Islam Kelas XII SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu semoga bermanfaat. Aamiin. Hello Readers, dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi di mana kita harus membuat keputusan yang tepat. Namun, seringkali keputusan yang kita ambil tidak sesuai dengan harapan kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis agar dapat membuat keputusan yang lebih rasional dan tepat. Dalam artikel ini, kita akan membahas hadits tentang berpikir kritis dalam pandangan Islam. Hadits Tentang Berpikir Kritis Menurut Ibn Abbas, Rasulullah SAW pernah bersabda “Berfikirlah sebelum kamu berbicara dan beramallah sebelum kamu memikirkan tindakanmu”. Dalam hadits ini, Rasulullah SAW mengajarkan kepada umat Islam untuk mempertimbangkan setiap kata yang akan keluar dari mulutnya dan setiap tindakan yang akan dilakukan. Hal ini menunjukkan pentingnya berpikir kritis dalam setiap tindakan yang kita lakukan. Selain itu, Rasulullah SAW juga pernah bersabda “Tidak ada kebaikan dalam kebodohan dan tidak ada kejahatan dalam pengetahuan”. Dalam hadits ini, Rasulullah SAW mengajarkan kepada umat Islam untuk terus meningkatkan pengetahuannya dan menghindari kebodohan. Dengan demikian, umat Islam akan dapat mengambil keputusan yang lebih tepat dan rasional. Pandangan Islam Terhadap Kebenaran Dalam Islam, kebenaran dianggap sebagai hal yang sangat penting. Oleh karena itu, para ulama Islam selalu mengajarkan kepada umat Islam untuk mencari kebenaran dalam segala hal. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 42, Allah SWT berfirman “Dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dengan kebatilan dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran, sedang kamu mengetahui.” Ayat ini menunjukkan pentingnya untuk selalu mencari kebenaran dan tidak menyembunyikannya. Selain itu, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Rasulullah SAW pernah bersabda “Cari lah kebenaran, walaupun itu ada pada musuhmu”. Dalam hadits ini, Rasulullah SAW mengajarkan kepada umat Islam untuk tidak memandang dari siapa kebenaran itu datang. Yang penting adalah mencari kebenaran dan mengambil manfaat dari kebenaran tersebut. Cara Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, kita harus terus meningkatkan pengetahuan kita. Dengan memiliki pengetahuan yang luas, kita akan dapat mempertimbangkan setiap pilihan dengan lebih rasional. Kedua, kita harus belajar untuk mempertanyakan segala hal. Tidak cukup hanya menerima informasi yang diberikan tanpa mempertanyakan kebenarannya. Ketiga, kita harus berusaha untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda. Dengan melihat dari sudut pandang yang berbeda, kita akan dapat mempertimbangkan setiap pilihan dengan lebih baik. Kesimpulan Secara keseluruhan, hadits tentang berpikir kritis dalam pandangan Islam sangat penting untuk membantu kita membuat keputusan yang tepat dan rasional. Dalam Islam, kebenaran dianggap sebagai hal yang sangat penting, sehingga umat Islam selalu diajarkan untuk mencari kebenaran dalam segala hal. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kita harus terus meningkatkan pengetahuan kita, belajar untuk mempertanyakan segala hal, dan berusaha untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Sampai jumpa di artikel menarik lainnya!

hadits tentang berpikir kritis objektif dan seimbang